THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Film..Film..Film..

selamat menikmati kawan - kawan..

Senin, 24 Mei 2010

Nonton my sister keeper by dvd somplak

Akhirnya jadi juga nonton MSK. agak kurang paham jalan ceritanya cuy,,why?english gw kacauu,subtittle ga bisa di ganti lantaran baterai remote dvd mendadak hilang dari peredaran.so,,kita nonton pake bahasa asli.even dalam mengartikan amat berantakan,tapi dikit-dikit ngerti lha,,
film nya sesuai sama cerita versi novelnya.

apa yang gw pikirkan setelah gw nonton film ini??
it is realy NICE story.

walo pun ni film gak dilahirkan untuk di-setel di dvd normal, tapi kesannya tuh gw dapet banget.gw itung sekitar 4 kali kita mesti dari awal karena optik dvd gw emang beneran somplak..hehe...(pissh friend for bad service today..)

kisah my sister keeper ini di release dari kisah nyata.makanya gw bolak -balik ke video ezy buat nanyain ni film udah keluar belum. penasaran boy..baca sinopsisnya ajah kagum gw..apalagi temen gw,yang gak sabaran banget nonton bareng film ini.


film ini pas banget buat remaja yang sedang hangat-hangatnya mencari jati diri atau yang lagi lookin' for her character. apalagi buat adek-kakak yang masih suka ribut di rumah.(ko gw banget yak??hhe).

pelajaran yang gw ambil dari MSK adalah
*kehidupan itu gak bisa dipaksain.
sadar atau enggak, orang tua punya kecenderungan mengasihi lebih kepada mereka yang ingin mereka kasihi.terlepas kepada anaknya yang lebih lemah, atau pun yang lebih hebat. Sara mencoba sekuat tenaga untuk mempertahankan Kate. sadar ataupun tidak, dalam waktu yang sama ia juga berpikir untuk mempertaruhkan Ana. gw mikir, sekeras apapun Sara mencoba menyelamatkan hidup Kate, kalau emang udah JALAN TUHAN, siapa yang bisa menghalangi kehendak TUHAN buat manggil Kate?
ambil sisi positifnya, kate udah gak capek lagi. dia bisa istirahat dari berbagaimacam selang,obat-obatan,kesakitan yang ia derita selama ia hidup. gw ngerti perasaan Sara.

*apa yang lo perbuat ketika orang tua lo melahirkan lo untuk jadi penolong bagi kakak lo, tanpa disadari, lo mereka anggap gak lebih penting dari kakak lo dan hidup lo ya cuma buat kaka lo. ketika anggota tubuh lo diinginkan orang tua lo buat di donorkan untuk kakak lo..?
Ana, gadis usia 11 tahun udah ngalamin itu. sampai ia mematenkan hak atas organ tubuhnya. rumit banget. antara lo sayang kaka lo dan hidup lo.


inilah hidup. gak ngerti deh kalo gw ada di posisi Ana. apalagi kalo gw ngerasain apa yang dirasain Kate..semakin bersyukur untuk setiap pemberian TUHAN.sekecil apapun itu, belum tentu orang lain bisa merasakan apa yang TUHAN berikan buat gw.

Thanks God,today i can say with all of my heart..

yesterday is history..
tommorow is mistery..
today is present.

buat teman - teman, selamat menikmati film ini deh...semoga mendapat banyak pelajaran hidup yang bermakna.

selamat menonton..

Kamis, 22 April 2010

Angels and Demons


Robert Langdon (Tom Hanks) menginvestigasi sebuah pembunuhan dengan meninggalkan tanda sebuah kelompok bernama The Illuminati. Langdon mengetahui adanya rencana rahasia kelompok tersebut untuk membunuh empat orang Kardinal Roman Chatolic dan menghancurkan St. Peter Basilica saat sidang tertutup Paus diselenggarakan


mau tau cerita selanjutnya???
nonton dong....hahaha...

Ten Commandments Film


Versi baru The Ten Commandments, yang merupakan remake dari judul yang sama ( dengan peran utama Charlton Heston sebagai Musa) ini mengambil sumber cerita dari Kitab Suci Perjanjian Lama, yaitu kisah di dalam kitab Keluaran (Exodus), dan tentunya dengan Musa sebagai tokoh utama, meskipun yang ingin ditekankan adalah tindakan penyelamatan umat Israel yang dikerjakan oleh Tuhan sendiri melalui Musa.

Film ini diwarnai special effect yang luar biasa, khususnya dalam adegan di mana bangsa Israel yang sedang berjalan keluar dari tanah Mesir, dikejar oleh pasukan firaun, akan tetapi Allah menyelamatkan dengan cara membelah laut menjadi dua, dan di kedua sisinya tampak secara hebat betapa air laut membentuk tembok raksasa, sementara bangsa tersebut dengan leluasa berjalan menyeberangi laut seolah-olah mereka sedang berjalan di atas tanah kering.

Salah satu hal yang menarik adalah penampilan mengesankan dari aktor gaek Omar Sharif sebagai Jethro, mertua Musa. Meskipun hanya tampil sekilas, namun sebagai aktor senior penampilannya memberikan warna tersendiri bagi film ini.

Dengan setting yang sebagian besar memanfaatkan alam terbuka, film ini menampilkan warna-warna yang sangat indah, dan juga mampu menggugah hati penontonnya akan keagungan dan kebesaran Allah, Sang Pencipta Alam Semesta. Film ini disutradarai oleh Robert Dornhelm, dan didukung oleh Dougray Scott, Linus Roache, Naveen Andrews, Mia Maestro, Padma Lakshimi, Ashley Artus, Claire Bloom, Silas Carson, Peter Gevisser, Paul Rhys sebagai firaun, Louise Hilyer, Lisa Jacobs, dan tentu saja Omar Sharif sebagai Jethro.

The Lake House

Seorang dokter Kate Forster (Sandra Bullock) mandiri yang pernah tinggal disebuah rumah tepi danau mulai berkirim surat dengan penghuni rumah yang baru, seorang arsitek frustasi Alex Wyler (Keanu Reeves) dan mengetahui bahwa, secara luar biasa, mereka hidup terpisah jarak 2 tahun lamanya. Saat mereka mulai mengenal satu sama lain lebih jauh melalui korespondes tersebut, mereka saling jatuh cinta



Bermaksud menjembatani jarak dan menguak misteri percintaan mereka, mereka melawan nasib dengan mengatur pertemuan. Tetapi dengan mencoba menghubungkan dua dunia yang terpisah, mereka justru dapat kehilangan satu sama lain selama-lamanya

TIPS-TIPS NONTON FILM HOROR

Tips Nonton Film Horor

Jadi tadi ceritanya 4 manusia kurang hiburan merasa perlu mencekoki diri masing-masing dengan hiburan. Apa daya, sebagai weekend late bloomers (baca: orang-orang yang gemar bangun siang dan beraktivitas sore menjelang malam hari di saat weekend), tentunya 4 orang ini berdasarkan keinginan untuk nonton, berusaha mencari bioskop yang show terakhirnya diatas jam 9 malam. Hari Minggu gitu loh. Sebuah pekerjaan yang sulit.

Akhirnya keputusan diambil, dan keempat orang ini menuju Blitz Megaplex untuk menonton film APA SAJA yang masih diputar. Tinggal dua pilihan kurang penting yaitu sebuah horor Amerika dan horor Korea. Berikut diskusi yang terjadi:

“Apa kita nonton yang ini aja?” -menunjuk poster film horor Korea.
“Engh… ada yang laen gak bok?”
“Cuma tinggal ini sama itu tuh” -menunjuk poster film horor Amerika yang menampilkan jagoan mirip FABIO.
“IH! OGAH! Kok mirip FABIO gitu sih??? MALES!”
“MAKANYA GUE BILANG JUGA APA!”
“Ya udah deh, yang Korea aja.”

Namanya milih film asal-asalan, keempat orang ini masuk ke teater dengan ceria tanpa ekspektasi apa-apa. Ternyata, yang lebih horor adalah kenyataan bahwa yang nonton film gak lebih dari 10 orang. Teater segede gitu, diisi orang cuma beberapa gelintir… hm. Menegangkan.

Awal film seperti diduga… namanya film horor ya pasti nyeremin jaya. Ngaget-ngagetin lebih tepat. Seperempat film, tetangga sebelah kanan dan kiri mulai punya request yang sama.

“Bo, bo… pashmina lo panjang gak? Bagi dong buat tutupan. Gue ngeri…”

HAHAHAHKAHAKHAKKK!

Di sebuah adegan ngobrol dengan bahasa Korea yang diduga amat penting… mendadak subtitle hilang. Dari berbagai sudut terdengar celetukan yang hampir seragam.

Aktor 1: “Abahaueodahrhklsuasanjakjaur.”
Aktor 2: “Utheuyakendhepaejhdsks!!”
Penonton: “YANG ARTINYA???”

Terus adegan seram lagi. Terdengar lagi beberapa celetukan dari balik pashmina panjang yang terbentang menutupi 4 kursi.

“Aduh adegannya kok malem terus sih… bete deh.”
“Ya namanya juga horor kaleee…”
“Bukan apa-apa, gue ribet nih megangin pashmina. Mau nyuap popcorn susah…”

Berbekal pengalaman barusan itu, saya punya tips untuk Anda yang penakut tapi nekat pengen nonton film horor. Silakan dipraktekkan bila dirasa perlu.

1. Tentukan kadar keseraman film yang akan Anda tonton. Berikut level keseraman film horor berdasarkan negara asalnya:

Amerika *
Eropa **
Indonesia ***
Cina **** (mohon dicek apakah horornya mengandung komedi)
Jepang *****
Korea *****
Thailand ***************

2. Bawalah peralatan perlindungan terhadap rasa seram. Selendang atau pashmina biasanya efektif untuk dijadikan selimut dan penutup mata. Jangan bawa yang transparan karena akan percuma.

3. Gunakanlah adegan-adegan siang untuk makan dan minum… atau kalo berani ke kamar mandi. Hati-hati mengunyah pop corn di adegan malam. Bisa keselek. Tried tested and proven.

4. Amati sekeliling Anda, ingat-ingat siapa duduk dimana. Apalagi kalo teaternya sepi, guna tetap waspada akan munculnya mahluk-mahluk tak diinginkan.

5. Jangan ngomentarin mas-mas kribo yang jaga karcis saat credit title dengan komentar seperti ini: “Eh itu mas yang kribo sengaja disuruh nungguin film ini biar suasana horornya dapet kali ya?” dengan suara keras karena MUNGKIN SAJA ia bisa mendengar.

6. Terimalah kenyataan bahwa nonton film horor di jam terakhir saat bioskop nyaris tutup itu memang agak lebih seram ketimbang nonton film horor di Sabtu siang saat ABG pada pacaran.

(kesukaan jhow) The Persuit Of Happiness

Sebuah Kisah nyata perjalanan seorang Ayah dan anaknya dalam menempuh pahit getirnya kehidupan hingga akhirnya hidup berkecukupan sebagai multimillionaire stockbroker di pasar saham. berkat kesabaran dan kegigihan hati seseorang Ayah demi kebahagiaan anaknya yang akhirnya menjadi sumber kekuatan tersendiri diluar batas yang mungkin dapat dibayangkan.

Film yang mengisahkan kehidupan sebenarnya dari seorang Christopher Gardner, seorang tuna wisma dan single parents yang berjuang dalam hidup bersama anaknya hingga berhasil menjadi jutawan dan CEO sebuah perusahaan stockbroker ternama di Amerika yaitu Christopher Gardner International Holdings dengan kantor yang kini tersebar di New York, Chicago, and San Francisco. Dari seorang yang miskin hingga menjadi jutawan, pastilah sebuah kisah yang sudah pasti akan mengundang rasa kagum dan menarik untuk kita ketahui. Sebuah moment yang yang mampu menyentuh emosional terdalam dan bersatu dalam sebuah konteks kehidupan spritual akan sebuah arti kehidupan itu sendiri.

Film ini secara tiba-tiba mengingatkan saya akan suatu moment dengan bekas atasan saya dahulu. Dalam suatu perjalan saya bersama Pak Thamrin (former : Dirut PT Pembangunan Pluit Jaya) mengatakan kepada saya



“Setiap orang pasti akan melewati satu point dimana dia akan menuju terus kebagian paling dasar dari hidupnya. Dan melewati satu point lagi yang akan selalu menuju bagian teratas dari hidupnya. Tapi kita hanya tidak tahu kapan dan dimana point tersebut berada.. Jadi jeli-jeli San lah dalam melihat hidup ini… karena hanya akan ada satu point yang anda akan lewati.. jangan pernah pernah menyerah maupun lupa diri saat melewati cek point anda!”

Kata-kata tersebut masih saya ingat hingga saat ini. Selama hidup saya, tidak pernah absen sekalipun saya bertanya dalam hati. Atau sekadar memflasback dan memperhatikan, did I miss my checkpoint? Where that moment which gonna change my life forever? Kebiasaan yang seakan menjadi imsonia bagi saya setiap kali merenung dan membayangkan seperti apa kehidupan saya di 10 tahun mendatang?

Mungkin ada sedikit kemiripan dengan pesan yang berusaha disampaikan oleh Chris Gardner dalam film ini. Dimana dalam suatu kesempatan di film tersebut, Chistoper’s Son yang diperankan oleh anak Will Smith sendiri menceritakan sebuah kisah lucu :

“There was a man who was drowning, and a boat came, and the man on the boat said “Do you need help?” and the man said “God will save me”. Then another boat came and he tried to help him, but he said “God will save me”, then he drowned and went to Heaven. Then the man told God, “God, why didn’t you save me?” and God said “I sent you two boats, you dummy!”

Intinya adalah Tuhan biasanya mendatangkan bantuan lewat cara-cara yang terkadang kita sendiri tidak mengetahui bahwa itu adalah bantuan. Karena bentuknya yang tidak berupa mukzizat secara langsung dan kasat mata. Tapi hanya bisa kita pahami pada saat kita memandang kebelakang hidup kita suatu saat. Sama halnya dengan Check point yang bekas atasan saya katakan. Perlu suatu kesadaran diri dan kejelian dalam melihatnya.

Turning point dalam hidup seseorang seringkali terjadi di waktu dan tempat yang kita tak pernah bayangkan. Ada saatnya kita memasuki turning point yang membawa kehidupan kita kebawah. Sama halnya yang diawali oleh Gardner. Turning point ke bawah ini berawal saat dia memutuskan untuk menjadi seorang salesman Bone Density scanner dan menginvestasikan tabungan keluarganya untuk membeli beberapa alat ini sebagai stock untuk dijual kembali secara exclusive ke medical centre di San Fransisco. Namun ditengah terpuruknya kondisi ekonomi Amerika saat itu, membuat Gardner kesulitan untuk menjual barang tersebut sebagai kompensasi untuk menutup biaya hidup mereka. Tekanan hidup dirasa semakin berat oleh keluarga Gardner, karena langkah Gardner tersebut ternyata membuat kondisi keuangan keluarga menjadi tidak stabil dan sulit. Istrinya pun mengalami kelelahan baik lahir maupun bathin karena harus bekerja double shift untuk menutupi kebutuhan rumah tangga, sehingga bayangan akan masa depan yang diharapkan diawal pernikahan seakan menjadi jauh dari jangkauan. Rasa putus asa dan lelah jiwa membuat dirinya cepat meledak-ledak dan skeptis terhadap kemampuan suaminya.



Sedangkan Christopher Gradner, yang lahir pada 9 february di Milwauke tanpa pernah melihat siapa ayahnya terlahir untuk memiliki mimpi sendiri yang dia rasakan lebih penting bagi dirinya daripada hanya menjual scanner. Kehidupan keras yang dia rasakan bersama ibunya telah menempa dirinya hingga memiliki suatu “spiritual genetic” tersendiri dan mengajarkan dia suatu pelajaran berharga dalam hidup, yang tetap dia pegang hingga kini. Dia ingin menjadi seorang ayah yang dia tidak pernah miliki. Dan hal tersebut dia dedikasikan ke anaknya melaui kesabaran yang tiada batas serta kesatuan emosi dengan anaknya. Dan saat istrinya memutuskan untuk meninggalkan dia karena tidak tahan lagi akan tekanan hidup yang dimiliki, semuanya mulai berubah. Chris harus rela kehilangan mobil dan apartmentnya. Namun dia tetap bersikukuh untuk tetap dapat bersama anaknya, karena dia telah membuat keputusan dimasa kecilnya, saat dia memiliki anak nanti, dia tidak ingin anaknya tidak tahu siapa bapaknya seperti dirinya. Walaupun akhirinya, istrinya tetap meninggalkan mereka.

Saat melihat hal tersebut, hati saya seakan ikut teriris dan sedikit mengeluarkan air mata. Terlebih saat adegan dimana Chris dan anaknya harus hidup homeless dan terpaksa tidur di kamar mandi umum. Dengan air mata berlinang sambil menatap anaknya, satu tangan diberikan sebagai bantal untuk anaknya agar dapat tetap tidur nyenyak dan satu tangan lagi dikerahkan untuk menahan pintu yang tengah ingin dibuka oleh seseorang dari luar. Dia berusaha menghindari pemeriksaan petugas yang sedang memeriksa setiap malam. Wajah anaknya sudah kelelahan dan bila diusir dia tidak tahu harus tidur dimana. Sebagai orang tua, saya tahu benar apa rasanya saat itu. Karena tidak ada yang lebih menakutkan dari pada sebuah perasaan tidak berdaya untuk dapat memberikan yang terbaik untuk anak anda!

Sebagai instantnya, turning point kedua dalam hidup Gardner dan pekerjaannya terjadi diparkiran sebuah gedung. Pada saat dia memandang ke arah salah satu gedung yang berdiri megah di San Fransisko, dia melihat begitu banyak muka-muka bahagia yang keluar dari gedung tersebut. Sebuah ekspresi yang rasanya menjadi sesuatu yang mewah bagi dirinya disaat itu. Dan tiba-tiba dia melihat seseorang tengah keluar dari sebuah Mobil Ferrari yang diparkir tepat disebelahnya. Decak kagum Gardner bukanlah pada mobil tersebut, namun bagaimana orang itu mendapatkannya. Dia bertanya “Wow, I gotta ask you two questions. What do you do? And how do you do that? Sebuah moment yang hingga akhirnya menjadikan pria ini seorang stockbroker dengan penghasilan USD 80.000 per bulan.

The Pursuit of happiness adalah salah satu film yang layak anda tonton. Banyak pelajaran hidup yang dapat diambil didalamnya. Menceritakan bagaimana sebuah kerja keras dan devotion seorang ayah terhadap anaknya membawa kebahagiaan pada akhirnya. Kita tidak tahu betapa mewahnya sebuah pertolongan bila kita tidak pernah kesulitan. Dan betapa indahnya kebahagiaan, bila tidak pernah merasakan penderitaan. Salah satu pelajaran hidup yang priceless.

Mungkin yang perlu kita pertanyakan dari kisah tersebut adalah bagaimana kita mengartikan sebuah kebahagiaan. Bukan hasil pencapaiannya, namun prosesnya. Karena Seorang milyuner seperti Gardner sekalipun pernah membuat keluarganya kelaparan. Pernah mengalami derita yang tak terbayangkan. Sangat beda dari film-film yang selalu berisi anak seorang kaya yang kemudian menjadi lebih kaya lagi kemudian hidup bahagia. Ini adalah cerita nyata yang juga dialami oleh ratusan juta orang di muka bumi. Apa yang dapat kita pelajari dari Chris Gardner dalam meraih kesuksesannya? Mempertahankan keluarganya? Apakah takdir yang menemukan kita ataukah kerja keras dan kesabaran yang membawa kita menuju takdir kita? Satu hal mungkin yang harus kita ingat sebagai pelajaran, kita tidak pernah tahu apa yang orang lain telah lalui ketika kita membentuk ekspektasi kita.

My sister's Keeper

Begini ceritanya...Kate didiagnosa mengidap leukimia promielostik akut atau kanker darah jenis APL saat berumur dua tahun. Dengan pengobatan agresif, dokter memperkirakan umur Kate hanya bisa bertahan sekitar 9 bulan sampai tiga tahun. Kate kecil pun mulai menjalani kemoterapi yang menyakiti tubuhnya. Dengan efek samping, diare tanpa henti, muntah, rambut ikalnya rontok dan kulitnya rusak. Agar tubuh Kate bisa memproduksi sumsum tulang yang sehat diperlukan pencangkokan sumsum orang lain ke tubuh Kate. Untuk memperkecil resiko kematian, donor transplantasi harus dilakukan dari saudara dekat. Kakak Kate, Jesse, yang umurnya terkait dua tahun, terbukti tidak mempunyai kecocokan genetik dengan Kate.
Sara dan Brian, kedua orang tua Kate, memutuskan mempunyai anak lagi dengan maksud anak ini menjadi donor bagi Kate. Karena dimaksudkan menjadi donor bagi Kate, kehamilan dilakukan melalui program bayi tabung, di mana dokter bisa memilah embrio mana yang memiliki kecocokan genetik dengan Kate dan embrio itulah yang di simpan dalam rahim Sara.
Brian memberi nama Anna, yang sebenarnya merupakan singkatan dari nama putri di langit, Andromeda. Satu hari setelah Anna lahir, Kate menjalani trasplantasi dari darah tali pusat milik Anna. Tentu saja transplantasi ini tidak menjamin kesembuhan Kate, bisa dikatakan sekedar memperpanjang umur Kate. Tahun kelima setelah transplantasi tali pusat, penyakit Kate kambuh. Dokter menyarankan Kate menjalani infus limposit donor.
Dengan harapan sel darah putih sehat dari donor ini yang akan melawan sel leukimia. Dan sel darah putih itu harus di dapat dari Anna. Dalam sebulan itu Anna tiga kali mendonorkan sel darah putihnya.
Beranjak remaja (13 tahun) Anna mulai mempertanyakan keberadaannya. Terlebih setelah ia mengetahui kelahirannya untuk tujuan spesifik, menyelamatkan Kate. ’Dibuat’ sebagai donor allogenic – saudara yang hampir sempurna secara genetik. Ia dituntut untuk selalu di samping Kate, untuk memastikan bahwa ia ada saat Kate membutuhkan leukosit, sel induk atau sumsum tulangnya. Ia memang tidak sakit tapi merasakan rasa sakit seperti yang Kate rasakan.
Impian Anna sebagai remaja yang bebas terampas. Tak jarang ia membayangkan dirinya bisa bebas dari Kate. Berkeliling dunia dan menemukan sebuah keluarganya yang sebenarnya. Walau sering terlintas di pikiran Anna agar Kate segera meninggal, bukan berarti Anna tidak menyayangi Kate.
Serangkai pengobatan yang dilakukan Kate, disatu sisi memberi dampak kesembuhan pada sisi lain, beresiko pada fungsi organ tubuh yang lain. Bertepatan dengan usianya yang kelima belas, Kate di diagnosa gagal ginjal akibat obat-obat yang dikonsumsinya.
...selalu ada yang rusak dalam diriku. ” kata Kate (hal. 211).
Dan harapan hidup Kate kali ini adalah satu ginjal milik Anna. Walaupun itu tidak menutup kemungkinan Kate tetap akan tetap meninggal jika tubuhnya bereaksi akibat tidak cocok dengan ginjal Anna. selalu ada resiko.”Ginjal-itu hari ini. Besok lain lagi. Selalu ada sesuatu yang lain.” (Anna, hal. 118)
Berbekal guntingan dari sebuah koran dan uang hasil penjualan kalung emas pemberiaan Ayahnya setelah ia mendonorkan sumsum tulangnya untuk Kate, Anna mendatangi seorang pengacara. Dengan tujuan,”Aku ingin menuntut mereka untuk hak atas tubuhku sendiri.”
Tuntutan Anna tentu saja mengejutkan orang tuanya. Selama ini Sara selalu berpikir, apa yang dilakukan Anna sebagai donor bagi Kate, adalah hal yang seharusnya. Anna ada agar Kate berumur panjang dan sembuh. Berbeda dengan Brian dan Jesse, mereka mulai menyadari posisi Anna.
Penyakit Kate, benar-benar membuat Sara dan Brian kehilangan empati dan simpatinya untuk dua anaknya yang lain, Anna dan Jesse. Jesse tumbuh menjadi remaja pemberontak. Terbiasa dengan minuman keras, obat terlarang dan kegemarannya membuat sebuah gedung terbakar. Jesse merasa dirinya seperti asap bagi orang tuanya.
Jika akhirnya, petisi Anna sampai di pengadilan dan ruang sidang menghadapi ibunya sendiri yang bertindak sebagai pengacara untuk dirinya sendiri, rasa sayang terhadap Kate dan orang tuanya tidak berkurang. Seperti diakui Anna, sepotong bagian dari dirinya menginginkan Kate tetap hidup, potongan lainnya berharap ia bebas. Anna tahu resikonya jika ia tetap tidak mau menyumbangkan ginjalnya. Kate akan mati. Anna pikir, itulah yang diinginkan Kate, untuk mengakhiri semuanya.
Pada akhirnya, walaupun pada mulanya Campbell terobesesi untuk memenangi perkara ini, persidangan Anna bukan lagi soal menang atau kalah, karena tuntutan Anna bukan sekedar tentang mendonorkan bagian-bagian tubuhnya untuk kesembuhan Kate tapi mencari tahu siapa dirinya dan apa yang ia inginkan.



Novel dengan konflik keluarga yang membuat haru. Ketika orang tua di tempatkan pada pilihan yang sebenarnya tidak bisa dipilih. Pada kenyataannya, kadang kasih sayang tak bisa terbagi dengan sama rata, ada yang lebih diistimewakan tanpa disadari. Atau karena suatu ’hal besar’ saja yang membuat kasih sayang, empati dan rasa simpati itu tak bisa terbagi rata. Sekilas seperti sebuah ironi, karena di lain pihak, Brian berprofesi sebagai seorang pemadam kebakaran yang setiap saat ditempatkan pada posisi untuk bisa menyelamatkan nyawa orang. Sementara, ia tidak bisa menyelamatkan anaknya. Atau mungkin begitulah hidup, di buat ironi agar lebih menghargai hidup.
Novel ini ditulis dengan alur maju dengan kilasan flasback dari setiap tokoh utama yang terjalin dengan apik. Kilasan flasback pula yang menguatkan karakter setiap tokoh. Tokoh utama, selain kedua orang tua Kate dan Anna juga pengacara Anna, Campbell dan wali ad item nya, Julia. Namun begitu, Kate sebagai tokoh sentral, tidak dibuat menjadi tokoh utama. Terus terang, ini membuat saya menerka-nerka, apa yang kiranya ada di benak Kate, tentang kehidupan keluarganya, Anna dan keberadaan dirinya sendiri. Sengaja dibuat penulis (Jodi Picoult) seperti itu untuk mengejutkan pembaca?
Beberapa istilah kedokteran pada novel ini berkaitan dengan penyakit Kate, tidak menggangu keasikan membaca novel ini, karena penulis menempatkannya pad atempat yang sesuai. Tidak terkesan sok tahu atau pamer pengetahuan.
Dan saat salah seorang harus pergi. Seseorang itu adalah Anna.
Kisah yang sangat menggugah hati tiap orang yang menontonnya. Kisah persaudaraan yang sangat luar biasa. Film ini juga yang dinanti-nantikan anak alay untuk ditonton bersama. Hehe..
Nonton bareng film ini bersama koponkers pasti asyikk.. ajak deh temen-temen kamu buat nonton bareng film ini, pasti seruuu banget. Apalagi buat kamu-kamu yang bentar lagi ninggalin masa putih abu-abu dan yang pastinya bakal berpisah ama best friend2 nya.
Pokoknya nih film wajib ditonton. Gak harus ke bioskop lho buat nonton film bagus, nyewa di rental-rental dvd dan vcd, ngirit, tapi gak ngurangin moment bareng teman-teman..
Ditonton yaa….buruan sewa di rental-rental Film terdekat!!!!!


*jhow*